PUISI “MEMBACA TANDA-TANDA” KARYA TAUFIQ ISMAIL MEMBACA TANDA-TANDA Karya Taufiq Ismail Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi sekarang kita mulai merindukannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksid itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir membawa air Air Mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani bubuk dan batu Allah Ampuni dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca seribu tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi sekarang kami mulai merindukannya
MembacaTanda-Tanda. Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita. Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas tapi kita kini mulai merindukannya. Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hari.
Fitri Vanila / Mahasiswi Universitas Maritim Raja Ali Haji, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Oleh Fitri Vanila / Mahasiswi Universitas Maritim Raja Ali Haji, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Membaca Tanda-Tanda Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kita mulai merasakannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksida itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda? Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani abu dan batu Allah Ampuni dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukanya. Siapa yang tidak kenal Taufik Ismail gelar Datuk Panji Alam Khalifatullah, lahir di Bukit Tinggi, Sumatera Barat pada tanggal 25 Juni 1935. Taufik Ismail merupakan sastrawan Indonesia yang terkenal, Taufik Ismail tumbuh dalam keluarga guru dan wartawan. Ia sudah bercita-cita menjadi sastrawan sejak duduk di bangku SMA. Puisi dengan judul Membaca Tanda-tanda karya Taufik Ismail merupakan salah satu dari sekian banyak puisi yang di tulis oleh Taufik Ismail. Beberapa puisi yang ditulis beliau ialah kembalikan Indonesia padaku, mencari sebuah masjid,Malu Aku Jadi Orang Indonesia dan masih banyak lagi. Puisi Membaca Tanda-tanda mengungkapkan kerinduan alam yang dulunya sangat indah,nyaman dan terasa sangat asri kini berubah menjadi rusak oleh tangan-tangan manusia. Taufik Ismail selaku penulis puisi yang berjudul membaca tanda-tanda kini mengajak para pembaca untuk memahami makna dari puisi tersebut. Makna dari puisi di atas ialah kita harus peka terhadap perubahan alam yang semakin lama semakin memperihatinkan. Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Makna dalam bait puisi tersebut yaitu kelalaian kita untuk menjaga alam sekitar, sehingga bencana itupun datang karena tangan-tangan nakal kita. Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas Tapi kini kita mulai merasakannya Pada baris kedua puisi tersebut maksudnya menggambarkan kegelisahan hati pengarang akan terjadi bencana yang sangat besar, dimana manusia menyadari bencana itu hadir karena perbuatan kita sendiri dengan merusak alam. Yang dari awal tak pernah kita rasakan tapi semakin lama efeknya semakin kita rasakan. Pada bait ke empat sering kali mengulang kata “Kehilangan” mengartikan bahwa alam kehilangan keindahannya. Beliau juga banyak mengunakan kata-kata yang berhubungan dengan alam seperti hutan,udara,gunung dan lain sebagainya untuk menyesuaikannya dengan tema alam. Dari puisi membaca tanda-tanda karya Taufik Ismail mengajarkan kita bahwa lebih menghargai alam dan menjaga alam dengan sebaik-baiknya.
Kamitelah dihalau api dan hama. Kami telah dihujani bubuk dan batu. Allah. Ampuni dosa-dosa kami. Beri kami kearifan membaca seribu tanda-tanda. Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan. akan meluncur lewat sela-sela jari. Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas. tapi sekarang kami mulai merindukannya.
Puisi Membaca Tanda-Tanda Karya Taufiq Ismail Membaca Tanda-Tanda Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas tapi kita kini mulai merindukannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hari Hutan kehilangan ranting Ranting kehilangan daun Daun kehilangan dahan Dahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksida itu menggilas paru-paru Kita saksikan Gunung membawa abu Abu membawa batu Batu membawa lindu Lindu membawa longsor Longsor membawa air Air membawa banjir Banjir air mata Kita telah saksikan seribu tanda-tanda Bisakah kita membaca tanda-tanda? Allah Kami telah membaca gempa Kami telah disapu banjir Kami telah dihalau api dan hama Kami telah dihujani api dan batu Allah Ampunilah dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca tanda-tanda Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan akan meluncur lewat sela-sela jari Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kami mulai merindukannya. 1982Sumber Puisi-Puisi Langit 1990Analisis PuisiPuisi "Membaca Tanda-Tanda" adalah sebuah puisi yang bercerita tentang kerusakan alam akibat ulah manusia. Puisi ini menggambarkan bagaimana ulah manusia telah merusak ekosistem alam dan bagaimana hal itu memengaruhi masyarakat. Taufiq Ismail mengajak orang-orang untuk membaca tanda-tanda yang disediakan oleh alam dan belajar darinya. Puisi ini merupakan sebuah pengingat tentang pentingnya menjaga alam dan menghargai sumber daya alam yang "Membaca Tanda-Tanda" karya Taufiq Ismail memiliki beberapa hal menarikGambaran alam yang kuat Puisi ini menggunakan gambaran alam dan lingkungan sekitar untuk menyampaikan pesan yang mendalam. Melalui penggambaran tentang udara abu-abu, air danau yang surut, burung-burung yang tidak berkicau, hutan yang kehilangan ranting, dan banyak lagi, puisi ini menciptakan suasana yang memprihatinkan dan menyoroti kerusakan repetisi Penggunaan repetisi dalam puisi ini, seperti pengulangan kata "Ada sesuatu yang..." dan "Kita saksikan...", memberikan efek ritmis dan memperkuat pesan yang ingin disampaikan. Hal ini juga menciptakan kesan bahwa ada sesuatu yang signifikan yang terjadi dan kita perlu retoris Puisi ini menggunakan pertanyaan retoris untuk memprovokasi pemikiran pembaca. Misalnya, pertanyaan "Bisakah kita membaca tanda-tanda?" mengajak kita untuk merenung tentang kemampuan kita untuk memahami dan merespons isyarat dan peringatan yang ada di sekitar spiritual dan permohonan ampun Puisi ini mengandung elemen spiritual dan memasukkan permohonan ampun kepada Tuhan. Penggunaan kata "Allah" dan permohonan ampun atas dosa-dosa mencerminkan keterkaitan antara kerusakan alam dan konsekuensi moral serta kebutuhan akan pertobatan dan keseluruhan, puisi "Membaca Tanda-Tanda" menggambarkan kepedihan kerusakan alam dan memberikan pertanyaan yang mendalam tentang peran dan tanggung jawab manusia terhadap lingkungan. Puisi ini mengajak kita untuk membaca tanda-tanda yang ada di sekitar kita, mengembangkan kearifan, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjaga kelestarian Membaca Tanda-TandaKarya Taufiq IsmailBiodata Taufiq IsmailTaufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
PUISIMEMBACA TANDA-TANDA DAN MENENGADAH KE ATAS MERENUNGI OZON YANG TAK NAMPAK KARYA TAUFIK ISMAIL Nurul Setyorini dan Cintya Nurika Irma e-mail: nurulsetyorini@umpwr.ac.id,cintya_nurikairma@ Universitas Muhammadiyah Purworejo, PBSI Universitas Peradaban ABSTRACT: This research aimed to describe: representation of ecological crisis
Abstract – Environmental damage is an important issue for concern. Environmental damage can occur because the balance of the ecosystem is disturbed. One of the media to convey issues and messages to the environment is literature. This research examines literature from an ecocritical ethical study of a poem by Taufiq Ismail entitled "Membaca Tanda-tanda." The method used in this research is descriptive qualitative. This research shows that there are three attitudes towards nature in the poem "Membaca Tanda-tanda" 1 an attitude of solidarity towards the environment; 2 an attitude of love and concern for nature; and 3 an attitude of not interfering with natural life. The conclusion of this research is, through the ethical study of the ecocritical poetry of Taufiq Ismail's poem "Membaca Tanda-tanda", there is a picture of natural damage due to damage to ecosystems caused by human activities and attitudes arising against these natural – Environment, ecosystem, ecocriticism, poem
MembacaTanda-Tanda Karya: Taufiq Ismail Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas tapi kini kita mulai merindukannya Kita saksikan udara abu-abu warnanya Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari
Membaca Tanda-Tanda Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangandan meluncur lewat sela-sela jari kitaAda sesuatu yang mulanya tak begitu jelastapi kini kita mulai merasakannya Kita saksikan udara abu-abu warnanyaKita saksikan air danau yang semakin surut jadinyaBurung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari Hutan kehilangan rantingRanting kehilangan daunDaun kehilangan dahanDahan kehilangan hutanKita saksikan zat asam didesak karbon dioksid itu menggilas paru-paru Kita saksikanGunung membawa abuAbu membawa batuBatu membawa linduLindu membawa longsorLongsor membawa airAir membawa banjirBanjir air mataKita telah saksikan seribu tanda-tandaBiskah kita membaca tanda-tanda?AllahKami telah membaca gempaKami telah disapu banjirKami telah dihalau api dan hamaKami telah dihujani abu dan batuAllah Ampuni dosa-dosa kami Beri kami kearifan membaca tanda-tandaKarena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tanganakan meluncur lewat sela-sela jariKarena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelastapi kini kami mulai merindukanyaKarya Taufik Ismail A. Unsur Intrinsik Tema sense Tema merupakan hal yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tema puisi ini adalah tentang Alam. Puisi Membaca Tanda-tanda memiliki makna bahwa Taufik Ismail selaku penciptanya mengajak pembaca untuk dapat membaca gejala-gejala alam yang terjadi di sekitar kita. Pembaca diajak untuk peka terhadap perubahan alam yang semakin lama semakin memprihatinkan keadannya. Alam yang dulunya asri, indah dan nyaman, kini terusik dengan kerusakan akibat tangan-tangan manusia yang banyak merusak lingkungan. Taufik dalam puisi ini mencurahkan perasaannya yang merindukan lingkungan yang alami dan murni. Ia sangat menyesalkan apa yang terjadi saat ini. Sudah banyak gejala alam yang memperingatkan manusia untuk sadar akan pentingnya menjaga lingkungan. Namun dengan banyaknya gejala alam ini Taufik masih mempertanyakan apakah kita manusia bisa membaca gejala-gejala perubahan pada alam. Rasa feeling Perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa sedih karena manusia sebagai khalifah di bumi seringkali merusak alam dengan perburuan hewan, penebangan hutan, dan lain sebagainya yang menyebabkan alam kehilangan keindahannya. Nada tone Nada yang ditunjukan dalam puisi ini adalah menyindir. Nada menyindir ini muncul karena, rasa sedih dan kecewa penyair yang menyadari kelalaian manusia mejaga alam sehingga alam mulai kehilangan keindahannya. Amanat intention Dalam puisi ini amanat yang disampaikan oleh penyair adalah bahwa kita sebagai khalifah di bumi harus mencintai dan menjaga alersahabat dengan manusia. Diksi Puisi adalah salah satu karya sastra yang mengandalkan keindahan kata-kata untuk memunculkan kesan estetisnya. Dalam memainkan kata-kata, yang menjadi ujung tombaknya adalah diksi atau pemilihan kata oleh penyairnya. Diksi digunakan oleh penyair untuk mencurahkan perasaan dan isi pikirannya dengan setepat-tepatnya seperti yang dialami batinnya. Penyair harus benar-benar tepat memilih kata jika ingin mengekspresikan dengan ekspresi yang dapat menjelmakan pengalaman jiwanya Ismail dalam puisinya Membaca Tanda-tanda banyak menyindir manusia sebagai khalifah di bumi yang masih saja merusak alam dengan perburuan hewan, penebangan hutan, dan lain sebagainya yang menyebabkan alam kehilangan keindahannya. Taufik mengunakan diksi kehilangan’ pada bait keempat untuk menggambarkan hilangnya keindahan alam. Taufik pun banyak menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan alam seperti udara, danau, burung, hutan, gunung dan lain sebagainya untuk menyesuaikan puisinya dengan tema alam. Selain itu ia memilih kata-kata seperti longsor, banjir, gempa dan sebagainya untuk menggambarkan bencana. Diksi yang dipilih Taufik Ismail dalam puisi ini pada umumnya memakai kata-kata yang lumrah digunakan dan mudah dipahami maknanya. Kesemuanya membuat puisi ini menjadi menarik sehingga pesannya juga lebih cepat diterima oleh pembaca. Citraan imagery Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, pikiran, perasaan, ide, dan setiap pengalaman indera istimewa. Dalam puisi, untuk memberi gambaran yang jelas, untuk menimbulkan suasana yang khusus, untuk membuat lebih hidup gambaran dalam pikiran dan penginderaan dan juga untuk menarik perhatian, penyair juga menggunakan gambaran-gambaran angan pikiran, di samping alat kepuitisan yang lain. Gambaran-gambaran angan dalam sajak itu disebut citraan . Imaji terbagi menjadi imaji penglihatan , imaji pendengaran , imaji raba dan sebagainya. Imaji atau citraan yang terdapat dalam puisi Membaca Tanda-tanda antara lain 1. Citra penglihatan Imaji penglihatan adalah citraan yang timbul oleh penglihatan. Imaji penglihatan dalam puisi ini terdapat dalam kutipan Kita saksikan udara abu-abu warnanyaKita saksikan air danau yang semakin surut jadinya bait ke-3Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksid itu menggilas paru-paru bait ke-5Kita sasksikanGunung membawa abu………………….. bait ke-6Kita telah saksikan seribu tanda-tandaBisakah kita membaca tanda-tanda bait ke-7 2. Citra pendengaran Imaji pendengaran adalah citraan yang timbul oleh pendengaran. Imaji pendengaran dalam puisi ini terdapat dalam kutipan Burung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari bait ke-3, baris ke-3 3. Citra perabaanImaji raba adalah citraan yang timbul oleh perabaan. Imaji perabaan dalam puisi ini terdapat dalam kutipan Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangandan meluncur lewat sela-sela jari kita bait ke-1Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tanganakan meluncur lewat sela-sela jari bait ke-10 Kata-kata konkret Kata-kata konkret tersebut sangat jelas menunjukan sikap tindakan baik dari penyair maupun dari pembaca. Kata-kata konkret tersebut bertujuan untuk menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat agar pembaca dapat merasakan keadaan yang dirasakan penyair. Gaya Bahasa Dalam karya sastra seperti puisi, untuk menimbulkan efek estetik atau efek kepuitisannya maka digunakanlah gaya bahasa. Selain itu tujuan penyair menggunakan gaya bahasa dalam puisinya antara lain untuk menghasilkan kesenangan yang bersifat imajinatif, menghasilkan makna tambahan, agar dapat menambah konkrit sikap dan perasaan penyair dan agar makna yang diungkapkan lebih padat. Puisi Membaca Tanda-tanda tidak memakai banyak ragam bahasa kiasan atau majas. Bahasa kiasan yang digunakan hanya seperti HiperbolaHiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu. Hiperbola dalam puisi ini terdapat dalam kutipan Banjir air mata bait ke-6, baris ke-8 2. PerbandinganPerbandingan atau perumpamaan, ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata-kata pembanding lain. Dalam puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail ini, memiliki perbandingan atau perumpamaan dalam sajaknya, yaitu sebagai berikut. Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelastapi kini kita mulai merasakannya…..baris ke-2 MaksudnyaDalam sepenggal puisi tersebut menggambarkan/mengibaratkan kegelisahan hati pengarang akan terjadinya sesuatu bencana yang sangat besar, dimana manusia menyadari bencana itu hadir karena perbuatan kita sendiri dengan merusak alam. Yang dimana dari awalnya tak pernah kita rasakan, tapi lama kelamaan efeknya mulai kita MetaforaMetafora ini bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak menggunakan kata-kata pembanding, seperti bagai, laksana, seperti, dan biasanya. Metafora itu melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Metafora ini menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama. Pada sajak pertama puisi tersebut Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangandan meluncur lewat sela-sela jari kita…. MaksudnyaBencana itu hadir bukan tanpa sebab, bencana datang karena ulah tangan manusia, dan “meluncur lewat sela-sela jari kita” ini maksudnya bencana itu dating tidak lepas dari perbuatan kita sendiri, kemudian akhirnya melanda didekat AllegoriAllegori ialah cerita kiasan ataupun lukisan kiasan. Cerita kiasan atau lukisan kiasan ini mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Alegori ini banyak terdapat dalam sajak-sajak Pujangga Baru, namun pada waktu sekarang banyak juga dalam sajak Indonesia Modern. Dalam sajak puisi tersebut….Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinyaBurung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hari…. MaksudnyaDalam puisi tersebut menyajikan dampak datangnya suatu bencana, sehingga berdampak pada alam sekitarnya. Rima Rima adalah bunyi yang berselang atau berulang, baik di dalam larik puisi maupun pada akhir larik-larik puisi. Rima disebut juga persajakan. Rima digunakan untuk mengolah bunyi pada puisi. Oleh karena itu penyair memilih diksi-diksi yang mempunyai persamaan bunyi. Pola rima pada puisi ini tidak teratur. Misalnya saja pada bait pertama dan kedua bersajak a-b, bait ketiga a-a-b, bait keempat a-b-b-b dan seterusnya. Pada puisi Membaca Tanda-tanda, hanya terdapat rima luar, yaitu rima yang terdapat antar baris yang terletak di awal, tengah dan RitmeRitme adalah totalitas tinggi rendahnya suara, panjang pendek, dan cepat lambatnya suara saat membaca puisi. Ritme yang ditumbulkan melalui puisi tersebut adalah ritme Unsur Ekstrinsik Latar Belakang Penulis Taufiq Ismail lahir di Bukit Tinggi, 25 Juni 1935. Masa kanak-kanak sebelum sekolah dilalui di Pekalongan. Ia pertama masuk sekolah rakyat di Solo. Selanjutnya, ia berpindah ke Semarang, Salatiga, dan menamatkan sekolah rakyat di Yogya. Ia masuk SMP di Bukit Tinggi, SMA di Bogor, dan kembali ke Pekalongan. Ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia sekarang IPB, dan tamat pada tahun1963. Makna dalam Puisi Puisi Membaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail ini apa bila kita baca secara detail, meiliki banyak makna yang terkandung. Dimana makna dalam puisi tersebut sangat kental terasa terhadap kondisi kehidupan kita saat ini, yaitu sebagai berikut Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangandan meluncur lewat sela-sela jari kita Makna dalam bait puisi tersebut yaitu kelalaian kita menjaga alam sekitar, sehingga bencana itupun muncul karena tangan-tangan nakal kita manusia. Ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelastapi kini kita mulai merasakannya Maknanya yaitu bencana itu tak pernah menunjukkan kedahsyatannya, tapi lama kelamaan bencana itu satu persatu muncul menghinggapi manusia. Kita saksikan udara abu-abu warnanyaKita saksikan air danau yang semakin surut jadinyaBurung-burung kecil tak lagi berkicau pagi hariHutan kehilangan rantingRanting kehilangan daunDaun kehilangan dahanDahan kehilangan hutan Kita saksikan zat asam didesak karbon dioksid itu menggilas paru-paruMaknanya yaitu pengarang berbagai bencana kini satu persatu timbul seperti, “….udara abu-abu warnya….”, kata-kata ini dimaksudkan karena polusi udara yang kian membutakan Bumi dan mengganggu pernapasan manusia. Air danau maupun sungai surut dan kering. Sehingga populasi hewan seperti burung-burung yang biasa berkicau dipagi dari polusi udara yang mengakibatkan “Global Warming” tersebut yaitu hutan tidak memiliki ranting, ranting tidak memiliki daun, daun tidak memiliki dahan, dan pada akhirnya kita tidak memiliki hutan. Hanya gersanglah yang menghiasi bumi. Kita saksikanGunung membawa abuAbu membawa batuBatu membawa linduLindu membawa longsorLongsor membawa airAir membawa banjirBanjir air mataKita telah saksikan seribu tanda-tandaBiskah kita membaca tanda-tanda? Maknanya yaitu alam telah mengamuk, dari gunung berapi, longsor banjir telah menumpah kan air mata manusia. Tangisan manusia yang tak terhentikan akibat amukan alam tanda-tanda keganasan alam itu telah datang dan menimpa manusia, namun pertanyaan berbarengan kemudian. Apakah manusia mampu membaca tanda-tanda tersebut? Yang tentunya tanpa kita sadari, datang dengan tiba-tiba. AllahKami telah membaca gempaKami telah disapu banjirKami telah dihalau api dan hamaKami telah dihujani abu dan batuAllah Ampuni dosa-dosa kamiBeri kami kearifan membaca tanda-tandaKarena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tanganakan meluncur lewat sela-sela jariKarena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelastapi kini kami mulai merindukanya Maknanya yaitu, pada akhirnya hanya Tuhan yaitu Allah SWT yang mampu menentukan tanda-tanda tersebut. Manusia tentunya harus mampu membaca dengan teliti tanda-tanda tersebut, dimana manusia lalai dan lupa akan apa yang dititipkan-Nya. Sehingga Allah menghendaki terjadinya bencana itu, dari bencana gempa, banjir, hama tanaman. Disamping itu manusia meminta kearifan Tuhan Yang Maha Esa untuk mengetahui tanda-tanda, agar mereka lebih mengerti apa yang akan terjadi.“…Allah…Ampuni dosa-dosa kami…” Pada akhirnya manusia hanya bisa menyesali dan meratapi dosanya, namun semuanya terlambat untuk disesali.“….tapi kini kami mulai merindukannya” disisi lain, manusia kita pun merindukan kedaan alam yang asri, yang bebas dari polusi atau Global Warming. Merindukan keadaan alam yang aman dan nyaman. SHARE TO »
TaufikIsmail selaku penulis puisi yang berjudul membaca tanda-tanda kini mengajak para pembaca untuk memahami makna dari puisi tersebut. Makna dari puisi di atas ialah kita harus peka terhadap perubahan alam yang semakin lama semakin memperihatinkan. Makna dalam bait puisi tersebut yaitu kelalaian kita untuk menjaga alam sekitar, sehingga
Type PDF Date December 2019 Size Author Iqlima Ayu Ningsih This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA DOWNLOAD as PDF DOWNLOAD as DOCX DOWNLOAD as PPTX This is a non-profit website to share the knowledge. To maintain this website, we need your help. A small donation will help us alot.
PuisiMembaca Tanda-Tanda karya Taufik Ismail ini apa bila kita baca secara detail, meiliki banyak makna yang terkandung. Dimana makna dalam puisi tersebut sangat kental terasa terhadap kondisi kehidupan kita saat ini, yaitu sebagai berikut: Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan dan meluncur lewat sela-sela jari kita
3PAJ. 3098gqznqw.pages.dev/2083098gqznqw.pages.dev/1023098gqznqw.pages.dev/623098gqznqw.pages.dev/2103098gqznqw.pages.dev/3083098gqznqw.pages.dev/2323098gqznqw.pages.dev/3533098gqznqw.pages.dev/3343098gqznqw.pages.dev/303
membaca tanda tanda karya taufik ismail